Minggu, 03 Februari 2013

SELINGKUH

pikiran berlainan kelamin itu hambar
berangkai rasa takjub mudah memudar
dari balik kutang dan celana dalam
terarsir buram
terbentuk kelam
mengusik tubuhtubuh perempuan logika
tepatnya kita pecundang biologis
adalah telanjang sekedar strategis
penanda pengubah kecemasan yang miris
rasa dari balik kutang dan celana dalam
terarsir buram
terbentuk kelam
dalam bacin serapah tentang harapan
gaun tipis malam habis dikupas
terburai lepas
menjadi tersangka penafsiran moral
begitu tak layak dikenang sakral
bahwa kelamin penyebab perselingkuhan

HANGUS

Sudah lima hari
Engkau rebah dalam pasrah
Engkau larut dalam kalut
Engkau resah dalam gelisah

Hampir tiap malam
Engkau datang menjemput rindu
Tapi tubuh dan hatiku
Masih berlumut candu

Ketika sore melanglang
Pada doa rerumputan dan ilalang
Tetap saja aku hilang
Dalam rimbun kicau kutilang

Untuk kesekian kali
Aku masih mengasuh kerikil-kerikil sunyi
Nafiri-nafiri cinta tak berkumandang lagi
dan akupun hangus dalam birahi

RUH MALAM

AAh!
meringislah kau bulan
sumbingkan senyuman
hangatkan rasa yang dingin

kangkangi jagat malam
buka tabir kebisuan kalam
beri pesan ada getar menanti

jangan tunggu kata nanti
bila malam kini tlah hadir
kebinalan jalang malam menanti


LAMUNAN MALAM

Menghabiskan ganasnya arah.
Aku merapat menuju sepi mereka
Karna keinginan yang tertahan rambu
 Bahwa angin tak pernah bersepakat menghantarkan aroma kisah esok,
Apakah masih bersedia meminang gairah setelah malam iitu dihempas keletihan memungut suatu persinggahan?
Di ujung malam. Wajah tegang tertutup cerutu pandangan kosong, nampak asap duka menarinari kuasai letih atas paruh usia yang masih bergumul ketiadaan mencumbui angan yang nyata pula kebiadabannya tenggelam begitu saja sebelum menuju tikungan.
Masih menghabiskan ganasnya arah. Kita pun disentak kemustahilan membeli mentari dan menempatkannya lekatlekat di antara temaram. Dan ujung rokok itu pun nyaris membakar jari sebelum lamun kau rampungkan dan melipat dalam kantong kumal tubuhmu.